Akses bangunan
© CBM 2015
Aksesibilitas adalah masalah utama untuk kemandirian dan partisipasi orang dengan disabilitas.
Empat tingkat aksesibilitas yang harus dipertimbangkan ketika merancang dan membangun fasilitas umum, lokasi atau tempat perlindungan individu:
- Cara menjangkau area, lokasi atau shelter: pastikan akses mudah bagi orang dengan disabilitas antara lokasi, shelter atau ruang publik di hunian. Pilih area datar, bebas dari puing-puing;
- Cara memasuki lokasi atau shelter: jalur dari jalan ke shelter atau layanan publik perlu perhatian khusus. Menyediakan jalur landai dan pegangan tangan, serta membuat pintu masuk yang cukup lebar untuk dilewati pengguna kursi roda adalah contoh lain dari bangunan yang aksesibel;
- Cara menggunakan lokasi, shelter atau fasilitas: pertimbangan harus diberikan untuk memberikan keamanan dan privasi. Untuk mengatur penggunaan ruang, penting untuk melihat berbagai aspek kehidupan sehari-hari, dengan mempertimbangkan perspektif perempuan dan anak perempuan. Jadi jangan ragu untuk berkonsultasi dengan orang dengan disabilitas tentang cara membuka pintu dan jendela, kebutuhan tambahan seperti kasur atau selimut, desain toilet atau ruang memasak serta fasilitas kebersihan, dll;
- Membuat intruksi dan informasi yang bisa dimengerti oleh semua orang. Membangun akses berarti juga memastikan informasi dan intruksi dapat dipahami oleh semua orang. Tanda dan simbol yang tepat memudahkan orang untuk masuk dengan mudah dan dapat bergerak di dalam. Peta ruangan dengan taktil membantu tunanetra untuk orientasi diri di dalam gedung. Petunjuk untuk perbaikan shelter harus diberikan juga secara lisan, atau dipermudah dengan simbol untuk orang Tuli atau buta huruf.
Sources
CBM. Inclusive Post-Disaster Reconstruction. 16 minimum requirements for accessible shelters. 2015.